Survei menemukan bahwa seiring melonjaknya penggunaan media sosial, perilaku yang kasar dan tidak sopan pun meningkat.
Survei menunjukkan bahwa orang-orang semakin kasar di media sosial dan
dua dari lima pengguna mengakhiri hubungan setelah pertengkaran virtual.
(Foto: Ilustrasi)
LONDON — Sikap kasar dan saling melempar hinaan merusak pertemanan di
Internet, dibuktikan oleh sebuah survei yang menunjukkan bahwa
orang-orang semakin kasar di media sosial dan dua dari lima pengguna
mengakhiri hubungan setelah pertengkaran virtual.
Seiring melonjaknya penggunaan media sosial, survei tersebut menemukan
bahwa perilaku kasar pun meningkat, dengan 78 persen dari 2.698 orang
melaporkan peningkatan sikap kasar di Internet dan orang-orang tidak
ragu bersikap tidak sopan di dunia maya dibandingkan di dunia nyata.
Satu dari lima orang telah mengurangi pertemuan langsung dengan
seseorang yang mereka kenal di dunia nyata setelah berhubungan di
Internet.
Joseph Grenny, salah satu direktur firma pelatihan korporat VitalSmarts
yang melakukan survei yang hasilnya diumumkan Rabu (10/4), mengatakan
bahwa perseteruan di Internet sekarang sering merembet ke dunia nyata
dengan 19 persen orang memblokir atau menendang seseorang dari jaringan
media sosial mereka karena pertengkaran virtual.
"Dunia telah berubah dan sejumlah signifikan hubungan terbentuk di dunia
maya namun kesopanan tidak berbanding lurus dengan teknologi," ujar
Grenny saat merilis survei yang dilakukan selama tiga minggu pada
Februari itu.
"Yang sangat mengejutkan adalah begitu banyak orang tidak senang dengan
perilaku ini namun orang-orang masih melakukannya. Mengapa Anda
mengata-ngatai orang lain di Internet namun tidak ke wajahnya secara
langsung?"
Data dari Pew Research Center menunjukkan bahwa 67 persen orang dewasa
di dunia maya di Amerika Serikat menggunakan situs-situs jaringan sosial
dengan Facebook sebagai yang terpopuler, sementara lebih dari setengah
orang Inggris memiliki akun Facebook.
Survei tersebut mengikuti pertengkaran-pertengkaran yang sangat terpublikasi antara orang-orang di dunia maya.
Pemain sepakbola Inggris Joey Barton, dipanggil oleh komite etik
federasi sepakbola Perancis setelah menyebut pemain belakang Paris St
Germain, Thiago Silva "overweight ladyboy (banci gendut)" di Twitter.
Petinju Curtis Woodhouse mendapat pujian secara luas setelah ia
menemukan seorang pengguna Twitter yang menyebutnya "aib" dan "lelucon"
setelah kekalahannya, lalu pergi ke rumahnya untuk memaksanya meminta
maaf.
Grenny mengatakan bahwa para responden survei memiliki kisah-kisah
tersendiri seperti anggota keluarga yang tidak mau lagi berbicara
setelah pertengkaran di Internet ketika seorang pria memasang foto
memalukan saudara perempuannya, menolak menghapuskannya, dan malah
menyebarkannya ke semua kontak.
Ketegangan di tempat kerja juga seringkali berasal dari pembicaraan di
forum perbincangan ketika para pekerja membicarakan kolega lain secara
negatif.
"Orang-orang sepertinya sadar bahwa pembicaraan-pembicaraan penting
seperti itu tidak seharusnya dilakukan di media sosial. Namun seperti
ada dorongan untuk mengeluarkan emosi saat itu juga dan melalui
kenyamanan situs-situs ini," ujar Grenny.
Grenny menyarankan tekanan sebaya diperlukan untuk mendorong perilaku
yang benar di dunia maya jika orang berlaku di luar batas.
Ia mengatakan ada tiga aturan yang dapat memperbaiki perbincangan di
dunia maya, yaitu menghindari monolog, mengganti kata-kata yang malas
dan menghakimi, serta tidak menyerang secara personal terutama jika
emosi sedang naik.
“Ketika membaca respon terhadap tulisan Anda di Internet dan Anda merasa
pembicaraan menjadi terlalu emosional untuk pertukaran di dunia maya,
Anda benar. Berhenti saja. Lakukan hal itu di dunia nyata, atau lebih
baik lagi, bicarakan secara langsung," ujarnya.
VOA Indonesia
Pasang Iklan
Whatsapp : 0822 5516 1055
Total Pengunjung
Wednesday 17 April 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment